Teladan

Membaca sekilas kisah Imam Eli, ia tampak baik. Ketika melihat Hana menangis tersedu-sedu, Imam Eli mengira dia mabuk, lalu menegurnya. Saat ia tahu penderitaan Hana, ia mendoakannya. Doanya didengar Allah. Tuhan pun membuka kandungan Hana sehingga dia mengandung. Ketika Hana menitipkan Samuel, anak hasil doanya, Samuel pun ia rawat dan dibesarkan olehnya. Kisah ini memberi kesan bahwa Imam Eli orang yang peduli dan baik pelayanannya.

Lalu apa yang membuat Tuhan begitu marah kepada Imam Eli dan bermaksud menghukumnya, juga keluarga hingga keturunannya? Mengapa hanya karena anak-anaknya berbuat jahat, Tuhan menghukumnya begitu keras? Bukankah anak-anak Imam Eli sudah dewasa saat itu? Tidakkah anak seharusnya memikul tanggung jawabnya sendiri? Apa kesalahan Imam Eli yang fatal yang membangkitkan murka Tuhan?

Jika kita membaca lebih saksama, anak-anak Imam Eli melakukan penistaan luar biasa terhadap Tuhan. Mereka merampas daging kurban yang terbaik yang seharusnya dipersembahkan buat Tuhan (1Sam. 2:13-16). Bahkan mereka juga tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani Tuhan (1Sam. 2:22). Imam Eli tidak mencegah anak-anaknya berbuat jahat. Yang lebih parah dari itu adalah bahwa ia pun turut menikmati hasil kejahatan dengan makan daging kurban yang seharusnya dipersembahkan kepada Tuhan (1Sam. 2:29).

Imam Eli adalah pemimpin Israel pada masa itu. Seharusnya ia mencontohkan perilaku yang dapat diteladani. Semoga kita menjadi teladan bagi keluarga dan orang lain agar nama Tuhan tidak dicela orang. –HEM/www.renunganharian.net

JADILAH TELADAN BUAT ORANG LAIN
AGAR NAMA TUHAN DIMULIAKAN MELALUI KITA.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *