Rem Kaki dan Kuk

Para gembala kadang-kadang menggunakan “rem kaki” pada dombanya. Ia akan membebatkan beban pada kaki domba yang suka meninggalkan kawanan. Beban ini ringan saja, yang penting cukup untuk menahan si domba agar tidak berkeliaran terlalu jauh. Dengan tetap berada di dekat sang gembala, domba itu belajar percaya kepadanya, dan dalam waktu yang terhitung singkat rem kaki tadi akan dilepaskan.

Tuhan Yesus tidak membebat kita dengan rem kaki, tetapi mengundang kita untuk memikul kuk-Nya. Tujuannya hampir sama. Dia mengundang kita untuk mengalami persekutuan dengan-Nya (1Yoh. 1:3). Dengan memikul kuk-Nya, kita menyerahkan kepada-Nya pemerintahan atas hidup kita. Kita tidak lagi berkeliaran sekehendak hati kita, tetapi mendekat kepada-Nya dan berkata, “Tuhan Yesus, kiranya bukan kehendakku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi dalam hidupku.”

Tiap-tiap orang memikul kuk tertentu. Apakah yang mengatur dan mengendalikan kehidupan kita? Kuk kita dapat berupa tuntutan atasan di tempat kerja, ketakutan akan apa yang orang pikirkan tentang kita, keinginan untuk bahagia seperti penampilan teman-teman di media sosial, bahkan bisa juga aktivitas pelayanan. Kuk ini menguras energi dan melelahkan batin kita. Kuk Tuhan Yesus, sebaliknya, membangkitkan sukacita, damai sejahtera, dan ketenangan hati.

Kuk manakah yang kita pikul hari ini? –ARS/www.renunganharian.net

KUK YANG KELIRU MENJADIKAN JIWA KITA LETIH LESU,
KUK TUHAN YESUS MENYENANGKAN DAN MENENANGKAN JIWA.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *