Iman di Luar Gereja

Betapa mudahnya mengobarkan iman di dalam gereja! Dengan menyanyikan pujian diiringi musik yang membangkitkan emosi, hati kita berkobar-kobar. Ditambah lagi dengan firman yang menjanjikan bahwa di dalam Tuhan semua yang mempunyai masalah menjadi beres, yang sakit menjadi sembuh, yang berkekurangan diberi kelimpahan. Tetapi apa yang terjadi setelah kita keluar dari gereja dan kembali menghadapi kenyataan hidup? Dapatkah iman kita terus menyala?

Pada masa awal pemerintahannya sebagai raja, Hizkia memimpin Yehuda dalam kebangunan rohani. Bait Suci dibuka lagi dan dibersihkan dari segala macam kecemaran. Kebaktian yang benar ditetapkan, perjanjian keselamatan antara Allah dengan Israel dikukuhkan. Perayaan Paskah diadakan kembali. Namun demikian, kebangunan rohani itu tidak membebaskan mereka dari ujian iman. Allah mendatangkan musuh. Sanherib, raja Asyur, menyerbu Yehuda. Hizkia tidak tinggal diam. Ia bertindak dengan menutup semua mata air dan membangun kembali seluruh tembok yang terbongkar. Ia dirikan menara, memperkuat Milo di kota Daud dan membuat lembing serta perisai dalam jumlah yang besar. Ia mengangkat panglima-panglima perang serta memberikan penguatan.

Hizkia mengimani bahwa Tuhan Allah bersamanya dan akan menolongnya. Namun bukan berarti bahwa ia cukup berdiam diri menunggu pertolongan Allah. Ada upaya dalam tindakan nyata. Beriman bukan berarti membiarkan Allah bekerja sendiri, melainkan menyatakan percaya kita melalui tindakan yang didasarkan pada kebenaran kehendak-Nya. –EBL/www.renunganharian.net

IMAN BUKAN SEKADAR KATA-KATA DAN DOA, MELAINKAN JUGA KARYA.